Thursday, April 19, 2012


Hipoksia, Penyakit Kekurangan Oksigen

 

Selasa, 10 April 2012 | 00:03:51 WITA | 178 HITS
MAKASSAR, FAJAR – Tidak dapat dielakkan, oksigen merupakan komponen yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Apa jadinya kalau kita kekurangan oksigen?
Otak merupakan pusat dari segala aktivitas tubuh manusia. Gangguan terhadap sedikit saja bagian otak akan berakibat terhadap gangguan fungsi tubuh tertentu. Organ penting tubuh ini ternyata memakai pasokan oksigen tubuh terbanyak.
Meskipun beratnya hanya 2 persen dari total berat tubuh, ternyata otak membutuhkan sekitar 20 persen dari kebutuhan oksigen tubuh. Hipoksia atau berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh, ternyata dapat berdampak fatal.
Otak ternyata sangat rentan terhadap hipoksia. Hanya dalam waktu enam sampai dengan sembilan menit saja otak dalam kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen, maka berakibat gangguan otak serius yang bahkan dapat menetap.
Dokter spesialis penyakit dalam dan paru, Dr Erwin Arief SpP, SpPD,K-P mengatakan, hipoksia adalah suatu kondisi patologis di mana tubuh secara keseluruhan  atau hipoksia umum maupun hipoksia jaringan kekurangan pasokan oksigen yang memadai. Variasi konsentrasi oksigen arteri dapat menjadi bagian dari fisiologi normal.  Misalnya, selama latihan fisik yang berat.
“Sebuah ketidaksesuaian antara pasokan oksigen dan permintaan pada tingkat sel dapat menyebabkan kondisi hipoksia. Hipoksia di mana terdapat kekurangan suplai oksigen lengkap disebut sebagai anoksia,” kata Erwin, kepada FAJAR beberpa waktu lalu.
Erwin Arief menjelaskan, hipoksia berbeda dari hipoksemia. Hipoksemia merupakan suatu kondisi ketika konsentrasi oksigen dalam darah arteri abnormal rendah. Hal ini dimungkinkan untuk mengalami hipoksia dan memiliki kandungan oksigen yang rendah.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Wahidin Sudorihusodo, Dr Harun Iskandar, mengungkapkan hipoksia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan. Selain itu, ada juga hipoksia yang terjadi pada janin. Hipoksia janin ini terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida.
Menurut dia, gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (ulf/bas)

No comments:

Post a Comment